Image default
Budaya

Komik Nusantara Digital Angkat Legenda Lokal dalam Format Webtoon

Di tengah maraknya konten visual digital dan dominasi cerita fiksi asing dalam platform hiburan daring, sekelompok kreator muda Indonesia membalikkan arus lewat inisiatif “Komik Nusantara Digital”—sebuah proyek berbasis komunitas yang mengangkat cerita rakyat dan legenda lokal ke dalam format Webtoon.

Diluncurkan secara resmi pada 27 Januari 2023, proyek ini bertujuan untuk memperkenalkan kembali budaya lisan Nusantara kepada generasi muda, khususnya para pengguna media sosial dan platform komik daring seperti LINE Webtoon, Ciayo Comics, dan WebComics ID.

Cerita Rakyat Jadi Cerita Visual

Episode-episode awal dari Komik Nusantara Digital menampilkan berbagai kisah populer seperti:

  • Malin Kundang dari Sumatera Barat, diadaptasi dengan sentuhan fantasi dark dan visual realisme magis.
  • Timun Mas dari Jawa Tengah, dengan nuansa petualangan anime ala shonen Jepang.
  • La Galigo dari Sulawesi, yang dikemas dalam visual epik mitologi.
  • Tangkuban Perahu dari Jawa Barat, dibalut drama romantis tragis.

Masing-masing kisah ditulis ulang dengan riset budaya yang mendalam, lalu diterjemahkan dalam gaya ilustrasi kekinian, seperti manga, manhwa, dan webtoon Korea yang sedang tren di kalangan Gen Z.

Baca Juga : Festival Topeng Malangan Bangkitkan Tradisi di Era Milenial

Menyentuh Anak Muda Lewat Media Favorit

Menurut Laras Widya, kreator sekaligus editor naskah proyek ini, Webtoon dipilih karena merupakan medium yang paling digemari oleh anak muda saat ini.

“Kami ingin generasi sekarang mengenal cerita rakyat bukan hanya dari buku pelajaran, tapi dari format yang mereka konsumsi setiap hari—komik digital,” jelasnya.

Format vertikal Webtoon juga memungkinkan narasi berkembang dengan visual yang dinamis, efek transisi, serta soundtrack pengiring untuk meningkatkan pengalaman membaca.

Kolaborasi Seniman Lokal dan Penulis Tradisi

komik nusantara digital

Komik Nusantara Digital melibatkan lebih dari 80 kreator dari berbagai daerah, termasuk ilustrator, penulis, peneliti budaya, dan penerjemah lokal. Semua cerita disusun dengan pendekatan kolaboratif agar tetap otentik namun relevan.

Salah satu cerita paling viral, “Roro Jonggrang: Kutukan Seribu Candi”, berhasil meraih lebih dari 500 ribu pembaca dalam dua minggu, bahkan sempat trending di platform LINE Webtoon.

Selain cerita utama, proyek ini juga menyisipkan catatan budaya di akhir setiap episode: menjelaskan konteks cerita rakyat, asal-usulnya, dan relevansi moralnya dalam kehidupan modern.

Tantangan: Antara Akurasi dan Adaptasi

Mengadaptasi cerita rakyat ke format populer tentu bukan tanpa tantangan. Tim menghadapi dilema antara mempertahankan narasi asli dengan segala kompleksitasnya, dan keharusan menyesuaikan dengan selera pembaca muda.

“Kami tidak ingin mendangkalkan makna cerita hanya demi klik. Tapi kami juga sadar, tanpa pendekatan kreatif, cerita ini tidak akan dibaca,” ujar Bagus Raka, peneliti folklor yang menjadi konsultan tim.

Tak hanya beredar di platform komik, Komik Nusantara Digital juga didistribusikan sebagai bahan ajar alternatif di beberapa sekolah menengah dan universitas berbasis seni dan budaya. Modul pengajaran komik budaya kini tersedia dalam format PDF interaktif dan bisa diakses gratis melalui situs resmi proyek.

Sementara itu, versi bahasa Inggris juga sedang dalam proses peluncuran agar cerita rakyat Indonesia bisa menjangkau audiens global.

Komunitas dan Dampak Sosial

Komunitas pembaca juga tumbuh pesat, dengan grup diskusi di Discord, Instagram Live bersama para kreator, dan challenge membuat fanart bertema legenda lokal. Tantangan #KomikNusantaraChallenge di TikTok mengajak pengguna membuat versi mereka sendiri dari kisah rakyat dalam 60 detik.

Sejak peluncurannya, Komik Nusantara Digital telah menjangkau lebih dari 1,2 juta pembaca secara total dan menjadi inspirasi munculnya proyek serupa di daerah lain seperti Aceh dan NTT.

Komik Nusantara Digital adalah bukti bahwa cerita rakyat Indonesia tetap hidup dan bisa terus berkembang, asalkan disampaikan dalam bahasa dan medium yang akrab bagi generasi muda.

“Legenda-legenda kita tidak kalah keren dengan mitologi luar. Hanya perlu dikemas dengan cara yang tepat.”

Dengan pendekatan yang inklusif, modern, dan berbasis komunitas, proyek ini menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan—menghidupkan kembali warisan leluhur lewat jari jemari para pembaca digital.

Related posts

Berawal Dari Momen Hijrah, Begini Sejarah Tahun Gres Hijriah

Purwantara

Festival Topeng Malangan Bangkitkan Tradisi di Era Milenial

dewapbn

Ramalan Zodiak Minggu Ini 19-25 Mei 2025, Pasang Surut Karier Cancer

Purwantara

Leave a Comment